BANYUMAS - Perihal Islam Banyumas, bagaimanapun perlu dikaji, diteiliti dan dituliskan demi menambah serta mewarnai khazanah Islam Nusantara. Meskipun Banyumas telah memiliki kajian sejarah “Babad Banyumas” yang sudah santer dikaji, diteiliti dan dituliskan. Tapi, narasi “Islamisasi Banyumas” boleh dikatakan belum tersentuh secara massif.
Perihal itu, Yayasan Jagat Syafangat menginisiasi penulisan buku berjudul “Islam Banyumas: Manuskrip, Sejarah, dan Lokalitas”.
Buku tersebut disusun oleh empat orang penulis, yakni: Wahyu Choerul Cahyadi, Turhamun, Wahyu Budiantoro, dan Chubbi Syauqi. Proses lahirnya buku ini, dipicu oleh kegelisahan para penulis yang ingin menarasikan Islam di Banyumas, yang selama ini luput dari perhatian masyarakat nahdliyin Banyumas.
Baca juga:
Ernest, Apa itu Dunguh?
|
Acara yang diselenggarakan oleh Yayasan Jagad Syafangat ini, bekerjasama dengan PCNU Banyumas, bertempat di Aula PCNU Banyumas, Jawa Tengah, pada Kamis 5 Januari 2022.
Acara yang dikemas dengan format sarasehan budaya dan keislaman ini, mengumpulkan berbagai kalangan mulai, mahasiswa, anak muda, para Banom NU dan berbagai elemen masyarakat. Mereka dikumpulkan sebagai wujud kolaborasi bersama serta sharing seputar Islam Banyumas (Manuskrip, Ulama, Sejarah dan Lokalitas). Harapannya prospek ke depan dalam penulisan Islam Banyumas semakin semarak sekaligus agar tidak kepaten obor.
Tercatat ada tiga pemantik dalam diskusi Islam Banyumas kali ini. Acara diawali prolog oleh Wahyu Budiantoro sebagai moderator menyampaikan, bahwa acara ini merupakan launching, sekaligus bedah buku Islam Banyumas, Manuskrip, Sejarah dan Lokalitas.
“Penulisan buku ini merupakan upaya mengail Islamisasi Banyumas melalui perspektif kajian manuskrip, tarekat dan ulama. Harapannya, dari forum ini, kami bisa sharing dan diskusi serta mampu berkolaborasi bersama dalam menulis buku Islam Banyumas, " tutur Wahyu Budiantoro di awal pembukaan diskusi.
Dalam diskusi buku ini, banyak hal menarik, misalnya yang diungkapkan oleh Turhamun, salah satu dosen Komunikasi Penyiaran Islam di UIN SAIZU Purwokerto. Ia mengungkapkan, bahwa proses Islamisasi Banyumas memiliki khazanah yang melimpah.
"Akan tetapi beberapa sejarahnya masih minim dalam sumber manuskrip. Sehingga dalam penulisannya masih berkutat pada sejarah tutur. Perihal geografis Banyumas yang unik, yakni daerah netral, jauh dari pengaruh kerajaan, dan memiliki kultur akulturasi yang mempesona, " ungkapnya.
Lain cerita dengan yang diungkapkan oleh Chubbi Syauqi dalam kesempatan itu mengatakan, bahwa Islam di Banyumas salah satu faktor penyebaranya melalui jalur tarekat.
"Para penyebar Islam di Banyumas banyak pengamal tarekat, sebagai contoh, Syekh Nur Hakim, Mbah Ilyas Sokaraja, Syekh Jambu Karang, Mbah Abdusshomad Jombor, Cilongok, " katanya.
Hadir pula Akhmad Saefudin, penulis 17 Ulama Banyumas mengaku bahagia dengan adanya gerakan kepenulisan Islam Banyumas.
"Penulisan buku ini, dapat berkelanjutan dan berkesinambungan. Berbagai tulisan dari penulis buku Islam Banyumas tersebut, sebagai bahan tambahan informasi dan evaluasi, " harapnya.
Selain itu, Akhmad Saefudin memberikan motivasi, bahwa kepenulisan sejarah semacam ini memiliki banyak manfaat. Salah satunya menghadirkan sumber tulis yang dapat dipertanggungjawabkan otoritasnya dan sebagai pelurusan sejarah di tengah beragamnya sejarah tutur.
"Para peserta agar turut serta dalam menulis sejarah Islam, sejarah ulama di wilayah desanya masing-masing, khususnya Kabupaten Banyumas, " tutupnya.
Editor : JIS Agung
Kontributor : Djarmanto
Reporter : JIS Agung
Baca juga:
Pledoi Pawang Hujan Mandalika
|